Sabtu, 07 Mei 2011

Dari Cucu Sampe Kakek Goyang Semua


Sebenarnya aku berdarah Bugis, namun sudah lebih dari 35 tahun keluarga ku hidup merantau, tidak di sulawesi lagi. jadi banyak keluarga ku (kq keluarga mulu', yang nulis kan belum berkeluarga, hahaha) tersebar diberbagai daerah (seperti petugas kali ye tersebar ^_^). awal 2008, aku yang di jambi bersama saudara yang lainnya mendapatkan info kalau anak bibi alias anaknya kakak mamak (ibu) akan segera dinikahkan, jadi kami di undang ke medan tepatnya daerah sibolga.

karena aku waktu itu sedang mid semester, jadi aku menunda keberangkatan ku bersama dengan abang sepupu, MYB (lihat postinganku yang judulnya KCB). setelah aku anggap sudah kelar tuh ritual mid semester, kami berdua berkemas. tak lama kemudian terdengar bunyi klakson mobil, Sibual-buali pun datang. aku dan MYB langsung naik saja, mengingat perjalanan kami akan cukup panjang. 20 orang penumpang, termasuk kami sudah dapat jatah kursi masing-masing. lagu-lagunya ungu pun mendayu-dayu membelai telinga dan seluruh tubuh yang kepanasan. Sibual-buali memang tak pake AC lagi, bahkan awalnya aku meragukan apakah mobil ini bisa sampe ke medan, melihat kondisinya yang cukup parah. baru meninggalkan perbatasan jambi, lagunya sudah berganti. lagu batak menggantikan lagu ungu, hahaha. ampun, ampuuunnn, tidak ngerti banget, tapi cukup menghibur.



perjalanan memang terasa sangat panjang, apalagi ini kali pertama aku ke medan naik bus. sudah hampir dua hari dua malam kami diperjalanan, belum juga sampai di ujung propinsi riau. kebun-kebun sawit yang kering dan telah ditelantarkan menjadi penadangan pengobat hati yang kesal (wadoh, kesal niyeee. . .). betapa tidak, kalau dirumah makan sopirnya lama banget istirahatnya bahkan pernah sampe hampir 3 jam. hufftt. sabarrrr. mana ditambah lagi 3 kali ban mobilnya pecah (pasti ada yang belum mandi tuh, hahahaha).
beberapa jam kemudian, barulah kami memasuki daerah Padang Sidempuan. di sini kami kembali ditelantarkan. kami harus menunggu mobil lagi sampai 4 jam. padahal waktu masih dijambi dikatakan mobilnya akan langsung ke sibolga, kaga pake dioper lagi. tapiiiii, ternyata dan ternyata, kami dioper lagi. ga jadi masalah sih sebenarnya kalau sesuai, namun, coba bayangkan, mobil yang kami tumpangi selanjutnya adalah mobil yang ukurannya sama dengan sebelumnya, dengan kapasitas 20 orang penumpang, disesaki dengan buah salak sampe penuh, hanya tersisa tempat sopir saja. aku dengan MYB duduk di atas keranjang salak dengan hati menggerutu. sesekali kepala kami terbentur langit-langit mobil (tuh kan kelewatan. . .)

Dua jam kemudian, derita itu akhirnya usai juga. Alhamdulillah. . . . setelah terlihat simpang tiga kampung bugis (di medan juga ada kampung bugis), kami berdua bergegas menyelamatkan diri. akhirnya sampai juga di Hajoran, di rumah MYB, di atas laut, 200 meter dari tepi pantai.(wah intro ceritanya panjang amat ya? amat aja ga pake panjang-panjang, hahaha). Tipikal rumah nelayan. terbuat dari kayu, terdapat bangsal penjemuran ikan di setiap sisi rumah. dari kejauhan tampak pulau yang berbentuk segitiga sama kaki di tengah laut. paling indah di pagi hari, melihat sun rise, perahu nelayan yang berkejar-kejaran dalam ayunan ombak, batu karang yang berbentuk seperti gapura bundar. indah sekali. tapiiiii,,, panas minta ampun. memang sangat cocok untuk urusan jemur menjemur.


eh sampe lupa, tujuan aku datang ke hajoran adalah untuk memeriahkan resepsi perbikahan bang unus (abangnya MYB). singkat cerita, pesta sudah digelar. sedikit catatan yang aku temukan di daerah ini adalah, ternyata membuat sebuah acara hajatan sangat mudah di daerah ini, meskipun yang punya hajat tidak punya modal. adat di daerah ini sangat indah. apabila ada salah seorang warganya yang akan melakukan sebuah acara, maka setiap satu kepala keluarga memberikan sumbangan dalam berbagai bentuk. bisa berupa beras, gula, rempah-rempah, atau uang untuk acara hiburannya. dan, itu seringkali tidak tanggung-tanggung memberinya. satu lagi yang membuat aku terkejut adalah cara oengumpulan uang dari undangan. Di Jambi hanya dengan menyiapjkan tempat seperti celengan guede dalam beraneka bentuk, biasanya diletakkan di tempat penyambutan tamu, atau di sisi pelaminan. di hajoran sangat berbeda, bahkan awalnya aku sangat takut (takut tamunya tersinggung). bagaimana tidak, aku harus menghampiri satu persatu tamu di meja tempat mereka makan, menanyakan namanya, menanyakan akan memberikan uang berapa banyak (seperti penagih hutang), lalu menuliskannya dalam buku yang disediakan. awalnya aku takut, takut mereka tersinggung,, e e ternyata memang adatnya seperti itu, hahaha. . . .


Ketika matahari mulai bersembunyi dibalik bukit, cahaya jingga mulai berpendar di langit, waktu itu sudah masuk acara keluarga. namun, masih di tempat semula, di halaman. satu demi satu ibu-ibu, abang-abang sepupu melantunkan lagu mereke. tidak puas dengan itu, salah seorang dari mereka menarik lengan kedua mempelai dan menyerahkan mic. mempelainya bernyanyi dan bergoyang, hahaha. ternyata hal itu memicu terjadinya "serangan". semua anggota keluarga, baik yang di hajoran, maupun yang diundang dari berbagai daerah naik ke atas pentas yang kecil itu. tidak tanggung-tanggung, mulai dari ponakan-ponakanku yang jumlahnya lebih dari 20 orang, sampe dengan kakek naik semua ke pentas, bergoyang bersama. pemandangan luarbiasa, para tetangga yang awalnya sudah pulang ke rumah kembali ke tempat hajatan melihat kehebohan yang kami ciptakan. bahkan yang tugas cuci piring dan masak pun berdatangan. walhasil, panggung pun tidak muat lagi. semuanya turun ke tanah. halaman yang luasnya sekitar 10 x 15 meter itu penuh sesak dengan manusia satu pertalian darah, hahaha. pesta perkawinan yang paling meriah yang pernah aku lihat secara langsung.

Menuliskan cerita ini, aku jadi ingin kembali ke hajoran lagi rasanya. mencicipi asin air laut disana barang beberapa hari (di kampungku juga tepi laut) siapa tahu asinnya sudah beda. menikmati sengatan terik matahari. Kulit ku yang sawo matang bisa terlihat berwarna magenta setelah berkeliaran ditepi pantai. semoga suatu saat aku bisa ke sana lagi.  Mungkin saat giliran MYB menikah, hehehe


2 comments:

Aina at: 8 Mei 2011 pukul 09.23 mengatakan...

aih...pantainya asyik banget kayae... adem....banyak pohon...

habibi daeng at: 9 Mei 2011 pukul 00.46 mengatakan...

iya, indah dan adem, tapi lebih indah di Berhala lho, meskipun hanya pulau kecil ^_^. lau mau tau sekilas tentang pulau ini, ukhty bisa baca postingan ku yang berlabel catatan, judulnya Berkenalan Dengan Laut (http://habibidaeng.blogspot.com/2011/04/berkenalan-denga-laut.html)