Selasa, 26 April 2011

Berkenalan Dengan Laut

Rombongan Study Tour ABJ 2009

Beberapa hari yang lalu saya ditertawai oleh junior di kampus biru Jambi. Dia tertawa setelah membuka tulisan saya tentang pulau berhala yang hanya singkat sekali. Dia bilang "alangkah pendek ulasannya, sedangkan kakak tinggal di sekitar pulau itu". Saya tertawa karena dia juga tertawa. Di dalam hati aku membenarkan apa yang dia katakan.

ini lagi napaen ya? hehehe
 
Dahulu sewaktu masih kuliah, ada mata kuliah Adat dan Budaya Jambi. Waktu itu Dosennya adalah Pak Raden Najmi. Dalam perkuliahan pertama dia mengatakan bahwa, separuh dari jumlah tatap muka adalah teori dan separuhnya lagi adalah praktek atau terjun ke lapangan melihat kondisi aslinya. Nah, singkatnya, setelah teori telah selesai semua di kelas, maka Pak Najmi ingin mengadakan Studi Tour Adat Dan Budaya Jambi. Maka, dia pun meminta saya untuk menjadi ketua panitia.

Pak Najmi sedang memberikan pengarahan
Saya penuhi permintaannya, jadi semuanya diserahkan kepada saya, mulai dari kendaraan sampai kepada peraturan. karena saya kenal baik dengan tempat yang akan dituju dan akan menghabiskan waktu palinglama dibandingkan di tempat situs-situs yang lainnya, maka sengaja saya buat peraturan yang ketat kepada semua peserta. Semua peserta berjumlah 119 orang. Dari semuanya itu hanya saya, darwis, dan pak najmi sendiri + awak kapal yang pernah kesana. Jadi 112 orang belum pernah melihat bagaimana yang namanya LAUT, hehehe. Hal ini dikarenakan hampir semua dari mereka berasal dari Dusun atau Desa yang berada jauh dari laut, yaitu dari daerah yang bukit-bukit, bahkan dari gunung.

Karena beru pertama kalinya mereka melihat laut dan pastinya pertama kalinya juga merasakan di atas laut, merasakan ayunan ombak, maka satu demi satu teriakan, jeritan melambung tinggi ke udara memenuhi ruang dekat gendang telinga. bahkan, karena kerasnya jeritan rasa ngeri mereka, bunyi hembusan angin laut yang kencang hanya terdengar semayup. Saya hanya tertawa geli melihat mereka.

Saya  hanya menjawab sambil tertawa kecil "bukan laut namanya kalau tidak ada ombaknya, ini mah masih kecil, masih aman. Kecuali, kalau di laut Teduh, mungkin tidak ada ombaknya."Namun, Saya sempat sawan (Merasa was-was, pen) juga ketika dari 116 orang yang belum kenal dengan laut hanya 5 orang yang tidak muntah-muntah. Maka seisi kapal terdengar seperti reunian ibu-ibu yang lagi ngidam berat, Uuweeegk. . .Uuweegghhh. . .Uuweeghhhh. Saya pun berhenti cekikikan, malah berubah jadi sedih. Ditambah lagi ada 5 orang yang pinsan, Mungkin karena ketakutan melihat dan merasakan langsung kapal kayu yang kami tumpangi oleng kesana kemari. Namun kesedihan Saya tiba-tiba berhenti ketika ada salah seorang peserta yang sebenarnya sedang mabuk laut melakukan hal yang membuat Saya terrawa lebih keras lagi. Betapa tidak , setelah dia muntah (uuweeghh lagi) dia langsung menghadapkan kamera ke mukanya, Cepreetttt. . ., trus muntah lagi kemudian Ceprett lagi, begitulah hingga berulang beberapa kali.

Namun, setelah sampai di pulau berhala, Saya bertanya kepada beberapa orang yang muntah tadi, apakah mereka menyesal. ternyata tidak sama sekali. mereka sangat senang. bahkan, beberapa dari mereka berkeinginan untuk dapat ke sana lagi di lain waktu.

Jalan-jalan pagi menelusuri pantai

Matahari pagi di Berhala

Istirahat sejenak

Senja di pantai Berhala

Pulau berhala memang memikat hati, meski memiliki diameter yang kecil, yang bisa dikelilingi dengan waktu tempuh sekitar 3 jam, namun pemandangannya memang sangat menawan hati. selain merupakan tempat yang bernilai sejarah bagi provinsi jambi, potensi wisatanya pun sangat menjanjikan. mungkin inilah yang menyebabkan adanya sengketa antara provinsi Jambi dan Kepri.

Menikmati hempasan ombak
Nah, setelah menikmati keindahan alam tentunya tidak lupa menulis catatan untuk setiap peserta, keesokan harinya hari bertolak kembali ke jambi. Dan, alhamdulillah, dalam perjalanan hanya ada 5 orang yang muntah. Padahal, ombak pada saat pulang jauh mengerikan dibandingkan pada saat kami baru datang. Sebahagian yang duduk di geladak, di depan, basah wajahnya tersiram laut. pelaut memang pernah mengatakan bahwa obat  mabuk laut adalah air laut itu  sendiri. Namun, Saya menyederhanakan alasannya bahwa para peserta mabuk laut adalah karena belum kenal laut saja. ^_^

2 comments:

Meutia at: 8 Juli 2011 pukul 16.29 mengatakan...

wah keren pantai nya...mau donk kesana, tapi kalau kk udah pernah merasakan perjalanan laut alias ke sabang .....

habibi daeng at: 8 Juli 2011 pukul 16.48 mengatakan...

iya mba, keren banget, meskipun hanya pulau kecil, meskipun Aby dah 9 kali kesana, rasanya ga bosan2, hehehe ntar tak buat lagi postingan yang memuat lebih banyak pict disana :)