Hampir satu jam tubuh saya yang dibungkus jaket Boss abu-abu disirami hujan rintik. Sesekali saya melirik jam tangan Rolex hitam yang juga mulai kedinginan. Saya harus sampai di Kantor Pos sebelum jam 5 sore, saya berbicara dalam hati. Dengan bunyi knalpot yang sesekali terputus-putus, Honda tua itu saya gas setinggi tingginya. Ternyata jari telunjuk speedometernya hanya bisa sampai di angka 70. Ah, biarlah, yang penting sampai.
Di pelataran parkir, di seberang pintu jembatan Pedestrian yang meliuk melintang di atas sungai Batanghari hingga menara Gentala Arasy, di depan sebuah bangunan yang cukup besar dengan dominasi warna orange, saya langsung menemui juru parkir;
"masih buka ya, mas?"
"masih, mas. langsung masuk aja ke dalam"
Seperti kebingungan saya melihat kesana kemari. Ini baru pertama kalinya saya akan narik uang lewat Wesel Pos. Saya lihat hanya ada dua orang petugas. Enam tempat yang lainnya sudah kosong, mungkin karena jam sudah menunjukkan pukul 05.15 sore.
"Mba, saya mau ngambil duit" saya berbicara dengan salah satu petugas sambil menyodorkan Si Kodok Merah Putih Nokia kepadanya.
"Itu nomor Ntp dan Pin-nya mas, silahkan isi formulir terlebih dahulu di sebelah sana dan tolong foto kopi KTPnya juga ya."
Saya hanya tersenyum dan segera menuju meja tempat pengisian formulir. Ini pertama kalinya saya mengisi formulir penarikan Wesel Pos. Sedikit bingung, karena contoh pengisiannya sepertinya sudah disobek, hanya tertinggal sudut kertas sebelah kanan atasnya saja. Dari jarak sepuluh meter mba yang tadi sesekali melihat ke arah saya. Mungkin dia berkata dalam hatinya, kok lama sekali yaa, apa ga bisa ngisinya?.
Saya isi formulirnya dengan cepat-cepat dan dalam keadaan menggigil, dan cepat-cepat kembali ke meja petugas.
"ini mba, formulirnya"
Dia tidak menjawab tapi hanya memandang formulir tadi dengan dahi mengkerut kemudian mencolek teman sebelahnya dengan penuh tanya.
"Maaf mba, tulisan saya jelek sekali ya?" saya langsung mendahului sebelum dia yang mengatakannya.
Dia hanya tersenyum. Dari sisi kanan ruangan seseorang setengah berteriak;
"kok, lamo nian, bang?"
"Iyo, soalnyo baru kali ini narik Wesel"
"Ooo, jadi Mas ini kerja di tempat yang sama dengan mba yang teriak itu ya?"
Dia tertawa geli sambil menatap teman sebelahnya seperti tidak percaya. Mungkin dalam fikirannya, kok orang yang punya tulisan seperti ini bisa kerja di Bank. Mungkin itu, fikir saya.
"Iya" Jawabku cepat.
"2,4 juta ya, mas.
"Pas mba, uangnya.Makasih ya..."
Saya berlalu dengan cepat karena berkejaran dengan waktu yang hampir mendekati Maghrib. Sepanjang jalan saya masih tersenyum simpul mengingat hal yang baru saja terjadi. Apa iya tulisan saya seburuk itu yaa? selama ini pun dokter, apalagi jika menulis resep obat, tulisannya hampir tidak bisa saya baca. Bukan tulisannya, tapi semangat kerjanya yang utama, dalam hati saya membenarkan pernyataan yang saya buat sendiri.
3 comments:
Jadi inget pantun jaman SD.. buah salak buah delima..tulisan buruk jangan dihina.. hihihihi... yg penting kan duitnya ketarik ya? :D
Hehe iya tuh pak de
katanya klo tulisan jelek, biasanya yg empunya pemikirannya cepat.
bukan menghibur, ane ngomong sma diri sendiri maksudnya, bi. hahhahah
Posting Komentar