KUKERTA adalah singkatan dari Kuliah Kerja Nyata yang mana biasanya akan dilewati oleh mahasiswa di semester akhir selama 3 bulan di suatu daerah yang di tetapkan oleh pihak panitia, dengan tujuan mengabdikan ilmu yang telah didapat selama di perkuliahan kepada masyarakat. Satu posko biasanya terdiri dari beberapa orang yang sengaja dibedakan jurusan atau program studinya. September 2009 adalah saat dimana aku harus melewati masa-masa kukerta. Dengan diantar oleh dosen pembimbing aku dan anggota yang lain bertemu dengan kepala desa Kemingking Dalam. Kepala desanya sangat anak muda sekali dari cara penampilannya. Oh ya, nama posko kami adalah Posko 39, dari nomor urut posko sebenarnya. Hehehe.
Bulan pertama adalah bulan yang cukup keras untuk kami. Karena panitia tidak cukup baik koordinasinya dengan pihak pemerintah desa, jadinya kami terkena imbasnya. Hal pertama adalah masalah tempat tinggal. Satu bulan pertama kami tinggal di gudang sebuah sekolah, tuh bayangin aja. harus bersabar di tempat yang selalu ada debunya meski kami rajin banget menyapu, hufftt. . ..Belum lagi masalah air bersihnya. kami harus mengangkut air dari jarak tak kurang dari 80 meter (manja banget seh. . .). Jumlah kami 12 orang, enam orang putra dan enam orang putri. Oleh anggota aku ditunjuk sebagai ketua posko. Sebenarnya aku sama sekali tidak mau karena dari 12 orang hanya 2 orang yang sangat muda, salah satunya adalah aku. Anggota –anggota yang lainnya rata-rata lebih tua beberapa tahun daripada aku. Bahkan, ada yang sudah berkeluarga.
Beginilah keaadaannya jika lagi makan sewaktu masih tinggal di gudang sekolah |
lagi dapat piket ngankut air bersih, hehehe |
Tinggal di lingkungan yang baru, dan satu atap dengan orang-orang yang berbeda sifat dan karakteristik menyebabkan sering terjadinya perbedaan pendapat, bahkan sampai bersitegang urat leher. Di saat seperti inilah dapat kita mengetahui karakter yang sebenarnya dari seseorang. Namun, hal tersebut hanya terjadi di bulan pertama. Pada bulan berikutnya, apalagi kami sudah mendapatkan rumah yang layak untuk ditempati, kehidupan lebih terasa nyaman seperti satu keluarga. Aku tidak bisa memingkiri, ternyata keadaan yang membuat kami hanya bisa menempati 1 buah rumah justru membuat keakraban yang muncul justru lebih erat.
Sebenarnya dan sejujur-jujurnya aku katakan bahwa tidak banyak yang bisa kami lakukan di desa kemingking dalam pada saat itu, mengingat letaknya yang masih dekat dari kota, sehingga kehidupan masyarakatnya pun sudah lumayan mapan. Apalagi jadwal kukerta kukerta bersamaan denganjadwal PPL, jadinya hampir tidak bisa membagi waktu dengan baik, bila pagi kami harus ke sekolah saai jam 1.30 siang, sorenya harus mnegrjakan program kukerta, malamnya harus mempersiapkan segala materi ajar di sekolah, whuaaa pening banget sih, tapi dijalanin aja.
mengajarkan tarian daerah kepada siswa |
Berbagi ilmu pengetahuan dengan siswa |
lagi pada sibuk buat persiapan mengajar besok harinya, buat RPP, laporan, dll |
Begini neh bentuknya kalau pada kecapean, hahaha lucu |
Tapi yaah meskipun demikian bagi aku pribadi, masa-masa tersebut adalah masa-masa dimana aku belajar secara nyata hidup dalam sebuah masyarakat tanpa ada campur tangan orang tua. Bila tidak mempunyai bekal atau keahlian tertentu, sudah dapat dipastikan akan merasa malu. Apalagi yang namanya masyarakat awam, kesimpulannya hanya satu, “orang yang sudah kuliah berarti sudah bisa melakukan segala hal”.
Rasanya masih kepengen menikmati masa-masa KUKERTA, dimana sama ngumpul dengan teman-teman yang lain, berbagi, bercanda bersama, ke kebun makan durian.
wah habis tuh durian orang diborongin semua, hahaha, |
Atau memang aktifitas yag terprogram seperti mengajar anak-anak mengaji dilangggar, mengajarkan keterampilan khusus kepada siswa, atau menggelar acara-acara dengan masyarakat. pokonya kangen sama banyolan dan kekonyolan para anggota posko deh, hahaha. Ada saja tingkah laku mereka yang buat suasana jadi lebih akrab, hmm.
nah tuh liat tingkah laku mereka yang selalu buat ketawa. . .
Sempat jugalah kecewa berat, yaitu ketika kami mengadakan Tabligh Akbar, yang hadir Cuma sekitar 15 orang tamu. Padahal aku jemput penceramahnya jauh banget, hadooh. Memang salah kami juga sih, mengadakan acara dadakan banget, tau juga yang namanya di desa orang kebanyakan kerja di kebun, pagi pergi pulang magrib, malam istirahat.
Terlepas dari itu semua, aku merasa sangat bersyukur bisa mendapatkan pengalaman yang banyak di kampung orang. Mendapatkan sahabat baru, ilmu-ilmu baru, orang tua angkat, dan menjadi rebutan remaja putri disana, hahay. . . kePeDean banget. Hahaha. . .
Foto bersama anggota posko 39 dengan pejabat rektorat |
4 comments:
seru juga kalo inget saya jaman dulu pas KKN, Kuliah Keja Nyata juga.. tapi disingkat KKN, bukan Kukerta,
inget jadi badan nggak terawat, makan nggak teratur, isinya cuman kerja kerja dan kerja bakti.. hahahah
dulu di kampusku juga KKN mas, tapi setelah giliran kami tiba2 aja diganti jadi KUKERTA,, wah beda ya,, lau aku meskipun jadwalnya padat banget,, tapi tetangga2 pada rame ngantarin makanan,, ga di makan mubazir,, dimakan ya tambah gemuk,, hahaha. ..
KKN itu sangat menyenangkan...bener2 kesan yang tak bisa dilupakan...:D
@mas nit not,, banget dah mas,, kepengen lagi rasanya,, tapi ga pake buat laporan tiap hari segala hehe. . .
Posting Komentar