Dahulu my father adalah saeorang pelancong, dari sulawesi, jakarta, lampung, jambi, batam, singapura, malaysia, tentu saja mencari nafkah untuk keluarga dan anak- anaknya. waktu itu aku masih berusia 4 tahun.
sekitar waktu aku kelas 3 SD, pekerjaan my father berubah menjadi petani dan berkebun kelapa. kami menanam padi, jagung, kacang-kacangan, dan lain sebagainya.hal ini berlanjut sampai aku kelas 2 Madrasah Tsanawiyah.
setelah naik ke kelas 3 MTs, my father belajar membuat pompong (kapal air yang berukuran kecil, yang sering di gunakan nelayan di daerah Nipah Panjang). sampai sekarang, my father masih melakoni pekerjaan itu disamping bekerja sebagai fappanambang (orang yang menjual jasa dengan kapal penyebrangan, untuk di sungai dengan jarak dekat).
banyak orang yang bilang kalau pekerjaan pembuat pompong adalah hanya dilakoni oleh orang-orang yang berduit. sekilas hal ini memang benar. hal ini dikarenakan untuk membuat sebuah kapal perahu, minimal dibutuhkan dana sebanyak 13 juta per satu kapal perahu untuk ukuran 8 keping ( suatu ukuran yang sering digunakan para pembuat kapal perahu untuk menentukan besar kapal yang akan dibuat, yaitu menghitung jumlah papan yang dipakai untuk sebuah kapal perahu di sisinya, tetapi dinding kapal yang berfungsi sebagai penahan ombak tidak dihitung) ukuran lain yang sering digunakan adalah kekuatan muat kapal dalam skala ton. tetapi, hal ini berbeda dengan my father. dia hanya membuat kapal bila ada yang memesan. artinya, my father membuat kapal perahu dengan menggunakan modal yang diberikan oleh orang yang memesan. bila tidak ada yang memesan, maka my father tidak bisa membuat kapal perahu. hal ini dikarenakan kami hidup dalam kondisi yang pas-pasan.
inilah yang membedakan my father dengan boatmaker lainnya, yang membuat kapal dengan modal sendiri dengan didahului pemesanan atau pun tidak.
Ini adalah salah satu pompong (kapal kayu) buatan my father |
bagian dalam kapal yang belum jadi |
dari depan |
0 comments:
Posting Komentar