Rabu, 27 April 2011

Melamar mimpi

 
mimpi ini masih di dalam puisi, terlelap dalam senyap
riuh rintikhujan bercengkrama dengan kilat di sebelah barat,
membasahi rerumput di sepanjang perjalanan dengan cepat.
dari persimpangan jalan dia berlari sendiri
berlomba dengan berjuta rintik hujan mencapai gubuk
untuk membangunkanku dari tidur, agar dia
dapat mencuri mimpi. aku terbangun, menatap
bola matanya unutk membaca gelap

rupanya dengan sengaja disuruhnya hujan
turun lebuh awal; agar semangat semakin kekar,
dan berusaha mencuri mimpiku yang masih terlelap,
berharap dapat mendekap asap.

"hey, kau. jangan dibangunkan dia,
mimpinya belum genap."

dia menggelengkan kepala
sembari merapatkan tubuh ke dinding kuning bening.
hening. aku melihat diriku, asing.

segera ku rapal apa yang ku hafal,
aku memanggil mimpi keluar, ia makin tegar.

"aku pinang dikau dengan semesta suci dari kitab suci,
aku kalungkan embun dan kain marun.
maharku bukan harta karun,
hanya selewat kalimat, ayat-ayat Al Qur'an,
dan beberapa bait puisi dan pantun.
semoga ini terdengar lebih santun."

mimpi kembali pulang dalam tidurku
setelah mendengar aku berucap.

"apa lagi yang kau lihat?
ia sudah kembali. ia hanya hidup dalam mimpi."

mimpi ini masih dalam puisi, terlelap dalam senyap.


                                Jambi, Rumah Kemuliaan
                                           12 Desember 2008
                                           12:31 am


 

0 comments: