Rabu, 27 April 2011

Di Kairo ku kabarkan pesan

added from sastrapapyrus.wordpress.com

                  - kepada Ridwan -

aku datang denga puisi ini, dengan bertelanjang kaki
menelusuri jejak panas yang tersisa di padang pasir.
bila sekarang kaki ini tertancap dalam pasir,
mereka masih bersahabat, sobat, meski
mereka bertumpuk rapat tanpa sekat.
namun zaman dengan cekatan mengikis iman
hingga kemana pun tak merasa aman.

kita berkenalan dua tahun silam saat lebaran,
saat bebungaan bermekaran dan riuh tepuk kegembiraan berkejaran.
saat itu matamu mengabarkan,
sedang menyemai kenangan,
sedang menyiram bunga di taman.

sauhmu di padang pasir kini,
mengais telaga peradaban dengan tangan;
melukis iman dan pengetahuan.

aku datang dengan puisi ini, lewat azan yang ku kumandangkan
aku datang dengan puisi ini, dibawa terbang angin,
membawa berita sedu sedan

"zaman di sini telah menjelma setan,
melucuti pakaiannya dengan perlahan.
maka kini, kehormatannya, kawan,
telah terlepas di pinggiran jalan
warnanya pucat jelas kelihatan
bersembunyi di balik ilalang dan rerumputan,
telah seperti peliharaan;
mengikut selalu kehendak majikan.
Langit telah menulis ini sebelum ku katakan"

aku belum sampai di  kairo, angin ini sudah kelelahan.
hanya dengan azan ku serukan sekalian
dan semua rerumputan di sepanjang perjalanan
dan semua pasir di padang pasir,
hiasilah halaman dengan banyak kepatuhan.

kakiku membaca panas yang ditinggalkan
pada pasir yang bertebaran,
hingga pesan ini ku puisikan.


                      
Jambi, Rumah Kemuliaan
                                   14 Desember 2008
                                   1:24 am



2 comments:

Unknown at: 20 November 2013 pukul 17.41 mengatakan...

amazing. bisa saja sautu saat puisi ini dikembangkan jadi sebuah cerpen :)

habibi daeng at: 23 November 2013 pukul 15.30 mengatakan...

Alhamdulillah, mba. semoga ntar saya bisa kembangkan puisi ini menjadi sebuah cerpen juga.