Rabu, 27 April 2011

Taman dalam angkutan kota


boleh saja segala rerumputan berbisik-bisik di tepian jalan,
tetap saja ada suara yang terdengar samar,
merangkak tiada tegak meringsut saling berebut,
memperjelas bebunyian kabut;
tanah kita semakin gambut.

"angin di sini berjubah topan,
 angin yang lebih cepat dari kilat"

kita tak perlu menanam bunga berusah payah,
mereka subur di tangan-tangan manis berbau amis.
kita tak perlu ke taman bunga bersusah payah
untuk menikmati bunga beraneka warna,
cukup berkeliling dengan angkutan kota.

"daun-daun mulia mulai kehitaman,
 cengkraman zaman kian tak tertahan,
 merubah dian menjadi kegelapan"

tidak ada penjual tiket taman di sana,
cukup dengan dua lembar uang ribuan yang sama
kita sudah bisa aneka bermekaran
saat badan mereka bungkukkan turun ke jalan
melahirkan perwira setan dengan ribuan godaan.

"mereka tak menyadari bila memegang es
 tangan bisa membeku, retak, dan pecah
 terbelah-belah"

daun mulia putih nan cantik kemilauan
hidup dalam keceriaan namun telah mati duluan
dibunuh dengan perlahan namun mengenaskan
oleh bentuk baru dari sebuah penjajahan.


                       Jambi, Rumah Kemuliaan
                                   21 Desember 2008
                                   05:26 pm



self adapted. added from Google


0 comments: