- Buat Muannas Jamilah (Alm.) -
Berpuluh kota mungkin sudah terlewat
Tanah ini pun sudah terinjak.
Bukan pertama kali datang
Mengayun tangan di kota sepi ini
Di sini
Hanya ada lorong sempit
Segenggam pasir yang selalu jatuh di air
Keruh sungai mandi subuh dan petang.
Tidak ada yang menarik di kota ini,
Jalan-jalan berlubang dimana-mana,
Sesekali akan ditemui senyum pahit
Di jalanan berhias belukar
Di gubuk rumbia separoh jadi
Bisa kalian tanyakan pada rintik hujan
Yang terlepas di atap,
Seorang penyair yang bukan penyair
Sepi di atas karang di tengah laut
Dua pekan langit menyapa dengan gerimis
Dan lalang makin meninggi
Maaf bila terinjak durinya
Itulah adanya kota ini,
Anginnya sepi hujannya sunyi,
Setidakya dapat menghilangkan kegerahan
Senja mulai memudar
Menutup rapat buku catatan
Cukup sulit memang dapat air,
Harus menanti pasang hingga malam,
Air laut ditarik bulan
Pabila tinggal kota ini,
Bunyinya tetap sama,
Anginnya sepi hujannya sunyi.
Di gubuk itu tidak ada apa-apa
Hanya angin basah yang bertiup di sana.
Matahari di atas sana
Masih terlihat di kotamu,
Di sini pun jelas terlihat
Bunyinya masih sama,
Kalian datang atau pergi
Anginnya sepi hujannya sunyi
0 comments:
Posting Komentar