from blogselasamalam.wordpress.com |
O Fuangng e,
dengan apakah zaman ini diasah,
deru anginnya saja berbunyi musibah
sesinar waktu dulu ku kenal cantik beramal
kini berubah lumpur hitam yang binal
padahal, o Fuang ku Maraja e,
firman-firmanMu begitu subur
tumbuh disela-sela gigi dan bibir
menyemai kebesaranMu di tanah yang meski berpasir
hingga berbunga harum dan hati tergelincir
O Fuang e,
setelah kurampungkan langkah mengelilingi matahari
sebanyak delapan belas kali
aku tahu, begitu ia menyantap
ayat demi ayat. dengan bangga aku menatap
dua belas juz telah ia lahap.
angin yang menyapa sore itu
adalah raja iblis bermata satu
O Fuang e,
siapakah yang mengasuh angin
sejuk gemulainya telah menyesatkan
kini, melalui malam yang membawanya tenggelam
dan jejak hitam yang tersisa begitu dalam
ia menangis sesal dan bermuka muram
mengalirkan air mata berwarna kelam.
o, luka ini bernanah garam
karena usianya baru tujuh belas genggam.
setan dan iblis berpesta pora
merayakan keberhasilan dengan bangga
kabar itu datang, adalah pisau yang mengiris
seketika saja langit jatuh berjuta gerimis
O Fuang e,
kemana lagi harus ku tumpahkan harap
bila bukan ri seseMu yang tetap;
selimutilah jiwanya dengan cahayaMu yang gemerlap
hingga ia mampu melihat siang dari malam gelap
dan dapat tersenyum dalam tidur yang lelap
jauh dari tangan-tangan setan merah merayap
dan aku,
O Fuang ku Maraja e,
aku hanyalah kata-kata gagap dalam sajak yang tak lengkap
lengkapilah harapku yang telah ku ucap
Catatan:
Jambi, Rumah Kemuliaan
29 November 2008
11:40 pm
dengan apakah zaman ini diasah,
deru anginnya saja berbunyi musibah
sesinar waktu dulu ku kenal cantik beramal
kini berubah lumpur hitam yang binal
padahal, o Fuang ku Maraja e,
firman-firmanMu begitu subur
tumbuh disela-sela gigi dan bibir
menyemai kebesaranMu di tanah yang meski berpasir
hingga berbunga harum dan hati tergelincir
O Fuang e,
setelah kurampungkan langkah mengelilingi matahari
sebanyak delapan belas kali
aku tahu, begitu ia menyantap
ayat demi ayat. dengan bangga aku menatap
dua belas juz telah ia lahap.
angin yang menyapa sore itu
adalah raja iblis bermata satu
O Fuang e,
siapakah yang mengasuh angin
sejuk gemulainya telah menyesatkan
kini, melalui malam yang membawanya tenggelam
dan jejak hitam yang tersisa begitu dalam
ia menangis sesal dan bermuka muram
mengalirkan air mata berwarna kelam.
o, luka ini bernanah garam
karena usianya baru tujuh belas genggam.
setan dan iblis berpesta pora
merayakan keberhasilan dengan bangga
kabar itu datang, adalah pisau yang mengiris
seketika saja langit jatuh berjuta gerimis
O Fuang e,
kemana lagi harus ku tumpahkan harap
bila bukan ri seseMu yang tetap;
selimutilah jiwanya dengan cahayaMu yang gemerlap
hingga ia mampu melihat siang dari malam gelap
dan dapat tersenyum dalam tidur yang lelap
jauh dari tangan-tangan setan merah merayap
dan aku,
O Fuang ku Maraja e,
aku hanyalah kata-kata gagap dalam sajak yang tak lengkap
lengkapilah harapku yang telah ku ucap
Catatan:
- O Fuang e : wahai Tuhan (bahasa bugis)
- O Fuang ku Maraja e : wahai Allah yang Maha Besar (bahasa Bugis)
- ri seseMU : kehadiratMu (bahasa Bugis)
- Hafidzah : dalam bahasa arab berarti orang (wanita) yang menghafal Al-Qur'an
Jambi, Rumah Kemuliaan
29 November 2008
11:40 pm
0 comments:
Posting Komentar