Sekilat berlalu setelah laut mulai ramah
dengan asinnya yang lembut di lidah,
dengan ombaknya yang membelai indah,
tidak ada yang tahu, atau pura-pura tidak tahu
Garuda terluka parah
darahnya melaut dan diminum dengan serakah
oleh para penjarah yang kena makan sumpah.
O, Garuda telah kehilangan kesaktiannya
bahkan telah banyak pemburu gila yang tega
mencabut satu demi satu bulu sayapnya
hanya untuk digelitikkan di telinga
agar dengarnya pun semakin tuli setinggi mega.
- Darah mereka hitam pekat,
darah yang terbuat dari jutaan kecewa,
amarah, dan kesumat rakyat -
Para penjarah, tubuhnya menanah busuk
mereka bukan lagi duta suara yang dirindu ingin dipeluk;
telalu banyak minum ludah perawan hingga bicaranya selalu mabuk,
dan Garuda hanya disangkarkan, bulunya semakin habis dicabut-cabut.
- O, para pemilik darah yang amis dan bengis,
bangkitlah dari kuburmu bersama runcing bambu
tusukkan kepada mereka agar mengerti akan lapar, sakit, dan meringis -
Para penjarah sudah kelewat parah;
asin laut yang lembut dijarah, panas api dijarah,
pesing minyak dijarah, dingin embun dijarah, tajam belati dijarah,
lapar orang-orang miskin dijarah, gedung-gedung sekolah dijarah,
bahkan tanpa malu-malu bangkai busukpun mereka jarah.
Jambi, Rumah Kemuliaan
18 April 2011
06.02 a.m
2 comments:
ibu pertiwi nampaknya sedang bersusah hati lagi, air matanya air mata duka berlinang menyentak hati.. kapan air mata itu berhenti? salam
salam kenal juga. sepertinya susah dan akan lama bila para aparat sendiri yang tidak berpihak lagi dengan rakyat. . .
Posting Komentar