Tapi bagaimana dengan rindu ini
Wahai kekasih ku,
(bahkan aku merasa mengatakan ini dengan diri yang masih
jauh dari tuntunanmu)
Tak bisa aku tahan air mata yang megalir deras
Tak cukup berapa tisu untuk mengeringkan basah pipi karena
kerinduan ini
Namun, diri ini masih sangat jauh dari layak bertemu denganmu,
Tapi bagaimana rindu ini sudah tumpah ruah? Dalam mimpi pun
rasanya aku malu
Tapi bagaimana dengan rindu ini?
Setiap nama mu disebut, setiap shalawat yang terucap, tak
sanggup kelopak ini membendung derasnya asin rindu.
Assalaamu’alaika yaa Rasulullah, Assalamu’alaika yaa
Habiballah.
Wahai kekasihku, bagaimana dengan rindu ini?
Bahkan aku tidak mempunyai jawaban jika ditanya apa yang
telah aku lakukan untuk tuntunanmu.
Aku sudah malu sebelum ditanya.
Tapi bagaimana dengan rindu ini, kekasihku, aku berkata
hanya dengan lirih karena merasa belum
pantas.
Tapi bagaimana dengan rindu ini?
Semoga Engkau mengizinkanku, meski dibarisan paling
belakang, untuk duduk melingkar mendengarkan cahaya cintamu, di Firdaus kelak,
meski belum ku tahu rinduku ini apakah layak.
Allahumma sholli ‘alaa sayyidinaa Muhammad, wa ‘alaa
aalihii, wa ashaabihii, wa zurriyyaatihii ajma’iin.
Jambi, 17 Rabi’ul Awal 1441 H / 14 Nopember 2019
Komentar