Aku tahu lembut angin di
sore senja
Yang berjalan tertatih
tatih;
Sepotong tongkat menyangga
kaki,
Tapi tetap saja lembut
mengalir
Menenggelamkan manusia
yang lupa
(kepada Tuhan yang
menciptakan angin)
Kemudian mengabur dan
menghilang
Dalam jantung dimensi
detik.
Jangan kau pikir berapa
sayapnya,
Atau ingin melihat
wajahnya,
Karena kita tidak tahu
Di kampung mana kita
terbenam,
Serupa musafir di tengah
malam;
Linglung dalam kelam.
Nipah Panjang, 25 November
2004
0 comments:
Posting Komentar