satu tahun belakangan ini saya dapat gelar baru dari teman sepergaulan sehari-hari saya, tak tanggung-tanggung, gelar yang saya dapatkan adalah Professor. Mungkin ini terlalu muluk – muluk. Saya hanya bisa tertawa dan membiarkan mereka menjadikan gelar itu baku dalam ingatan mereka.
Sebenarnya tidak ada penemuan baru yang saya dapatkan
layaknya Enstein dengan tori kekekalan energinya, atau seperti Thomas Alfa Edison yang
menemukan lampu pijar pertama, atau seperti Civrac yang menemukan sepeda, atau
seperti pak Habibie, mantan presiden RI ke III yang menemukan teori keretakan
pada badan pesawat terbang. Sama sekali jauh dari hal yang di atas. Saya hanya
melakukan apa yang saya senangi. Mempunyai latar belakang seorang anak petani,
yang dari kecil terbiasa makan apa adanya maka, lidah saya pun tidak banyak
protes ketika sebuah makanan masuk ke dalam mulut, apa pun jenis makanannya,
insya Allah bisa lewat, tentunya halaalan
thoyyiban.
Saya punya kebiasaan unik ( kata kawan ) yaitu
mencampur-campurkan makanan yang tidak biasa dilakukan oleh orang. Contohnya
makan nasi dengan roti coklat, makan nasi dengan goreng pisang, makan kue
dicampur kuaci, Godok pisang dengan kuah ayam kari, atau es campur dicampur lagi dengan goreng pisang yang masih
panas-panas. Dari kebiasaan saya itulah mungkin teman-teman memberikan gelar
Professor Kuliner kepada saya. Hahaha. Keterlaluan. Padahal di luar sana banyak yang makannya
lebih unik bahkan ekstrem. Sebut saja makan rambut sendiri sebagai makanan
cepat saji seperti yang dilakukan oleh seorang remaja putri di India, atau manusia
yang hobi makan cacing tanah yang masih hidup-hidup, itu lebih ekstrem lagi
sebenarnya.
Kue + Kuaci |
Godok Pisang + Kuah Ayam Kari |
Es Campur + Goreng Pisang |
Dan sekarang pun, karena nama sama dengan pak habibie
(sepenggal doank), trus juga punya gelar yang sama, professor. Bedanya pak
Habibie gelarnya legal sedangkan saya mah illegal, hahaha, ujung-ujungnya nama
panggilan pun berubah. Kalau di kampus saya biasa dipanggil Aby, nah sekarang
nama panggilan saya bertambah lagi yaitu BJ. Diambil dari potongan nama pak
Habibie (Prof. Dr. ing. H. BJ. Habibie)
Congratulation, BJ.
You’re a professor now, . . . :)
9 comments:
BJ Habibi Daeng berarti ya, hahaha. Saya mau makan apa saja yang penting SAMBEL nya mas :D
itu sebenarnya rakus atau gimana om? hihihi
wah..mirip fear factor ne..hihi
saya juga pmkan sgala..tpi rada takut gtu nyampur2, ntr gag enk.ujung2ny dibuang, ntr mubazir..hehe
Mas Aul,, hahaha bisa juga tuh mas, pe temen cuma pake BJ aja, malah seringnya cuma J (Je) saja, hahaha kebanyakan nonton film barat kayaknya.
Syifa,, hadoh, rakus? ga lah ukhty,, hehehe. sebenarnya itu bermula dari seringnya mau makan tapi ga ada lauk, waktu itu. eh ternyata mengombinasikannya ada timbul cita rasa yang unik. sampai-sampai apa pun cemilan yang saya makan langsung aja di cuil temen dengan kalimat seperti ini: J, pake nasi enak tuh, hahaha. hahaha dasar mereka.
YouRha,, salam kenal ya. ah masih jauh banget kok dari fear factor, karena ga semuanya bisa dicampur-campur, ada juga ntar mual dan muntah kalau salah campur, hehehe. makanya sebelum mencampur banyak, biasanya cicip sedikit dahulu, seperti tem manis dan nasi, hahaha.
Wakakaka.
gak sakit perut beneran tuh ?
-____-"
gilee mas.hahaha
hahaha... dikira apaan tadi.. selamat pak Professor.. :) salam menulis...
Uchank,, hehee ga sakit kq bro, kan sudah dikira-kira dulu bakal dicampur apa tuh makanan, hahaha
Berin Al-Fatih,, salam menulis juga bro,,, hehe
Hm hmmmm, foto itu beneran di masukin ya. kirain cuma becanda aja, huahahaha...
Posting Komentar